Analisis Sudut Pandang Marketing: Naik Pamor Lantaran Kasus Uninstal Bukalapak
Dosen
Jualan - Cuitan akun twitter CEO Bukalapak, Achmad Zaky, membuat
heboh masyarakat Indonesia. Zaky mengomentari tentang dana riset negara
Indonesia. Ia menyampaikan, “Omong kosong Industri 4.0. kalau budget R&D
negara kita kayak gini (2016, in USD).” Kemudian ia paparkan data bahwa
Indonesia menduduki nomor urut 43, dengan angka US $ 2 miliar dengan posisi di
bawah Malaysia dan Singapore sebagai pembanding.
Sumber Gambar: Tribun News, cuitan ini telah dihapus oleh pemilik akun, Achmad Zaky.
Akhir cuitan, ia menyampaikan
harapan, “Mudah2an presiden baru bisa naikin.” Harapan ini oleh para pendukung
paslon capres dan cawapres nomor 1, Jokowi-Ma’ruf, dianggap tidak menghargai
Jokowi yang telah membantu dalam bisnisnya. Kacang lupa kulitnya, begitu mereka
menyebutnya. Sebab, kata presiden baru diposisikan sebagai rivalnya, paslon
capres dan wapres nomor 2, Prabowo-Sandi. Sehingga sebagai balasan, tagar
#uninstalbukalapak ramai digaungkan.
Terlepas dari problematika
politik yang terkadang ditelaah tidak dengan pikiran jernih, maka Dosen Jualan mencoba
menganalisi dari sudut pandang marketing sebagai pemain online.
Menurut Dosen Jualan, fenomena #uninstalbukalapak
hanyalah fenomena sesaat. Kasus ini hanya percikan saja, beberapa hari kemudian
akan tenggelam, mungkin umurnya hanya sekitar 3, 4 hari atau 1 minggu sudah
selesai. Setelah seminggu, kasus ini tidak seheboh awalnya. Mungkin bisa jadi akan
diungkit saat momen tertentu namun itu pun kecil kemungkinan.
Munculnya tagar
#uninstalbukalapak atas reaksioner kasus tersebut terkesan akan menghancurkan
pamor dan bisnis Bukalapak. Namun jika ditinjau dari segi marketing justru
berdampak positif. Berikut pemaparan dampak positif bagi Bukalapak atas kasus
tersebut ditinjau dari segi marketing:
- Mengangkat Pamor Bukalapak
Apapun
yang sudah viral, maka membendungnya adalah imposible
di era informasi tanpa batas ini. Maka informasi #uninstalbukalapak ini
akan menyebar luas, bahkan pada orang yang tidak tahu tentang Bukalapak.
Ananlisisnya, orang yang tidak tahu tentang bukalapak, kemudian akan menjadi
kepo, serba ingin tahu secara detail tentang Bukalapak. Bisa jadi, lantas
kemudian instal Bukalapak karena mengetahui kebermanfaatan Bukalapak.
- Bagi yang Pro Bukalapak, Meningkatnya Militansi Pengguna Bukalapak
Kita
sadari dan akui bersama bahwa di Indonesia tercinta ini ada dua golongan utama
terkait merebaknya kasus #uninstalbukalapak, ada yang pro dan kontra. Justru,
adanya ini, menimbulkan militansi yang kuat, tentu bagi yang pro bukalapak. Misalkan,
pengguna Bukalapak yang awalnya biasa-biasa saja, hanya untuk transaksi bisnis,
namun adanya kejadian itu bisa jadi justru ikut mengkampanyekan Bukalapak agar
semakin eksis.
- Bagi yang Abstain terhadap Bukalapak, Justru Jadi Pendukung Programnya
Selain
ada yang pro dan kontra, pasti juga ada yang tidak keduanya. Artinya,
orang-orang tipe ini adalah mereka yang cuek dengan bukalapak. Namun, dengan
alasan mencintai produk dalam negeri, mencintai kekayaan dalam negeri dan juga
selain itu bisa karena dalam rangka bela UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah), bisa jadi mereka ikut mengendorse, membesarkan dan mengampanyekan Bukalapak.
- Bagi seller, akan tetap seller
Para
pelaku UMKM, memposisikan diri tentu menjadi seller (penjual online). Mereka, seller pengguna bukalapak, menurut Dosen Jualan, kecil kemungkinan
akan uninstal Bukalapak. Sebab, di Bukalapaklah mereka berjualan. Mungkin jika
ada yang tetap menguninstal, posisi meraka bukanlah seller namun buyer (pembeli).
Kalau seller kemungkinan besar tidak terpengaruh oleh hal itu. Sederhananya,
“masa bodoh dengan urusan politik, yang penting jualan laku”. Sebab, bagi
pengguna (red-seller), merasa sudah dibantu terjualnya produk sehingga membantu
perekonomian mereka.
Jadi, adanya kasus yang
menghebohkan seantero Indonesia, justru bisa jadi menaikkan
transaksi-trasnsaksi Bukalapak. Bisa jadi yang mengkampanyekan tagar
#uninstalbukalapak, adalah orang-orang yang memang tidak menggunakan atau tidak
menginstal aplikasi Bukalapak. Kalaupun iya, mereka bukanlah maniak bukalapak,
orang yang belanjanya hampir selalu menggunakan aplikasi Bukalapak. Atau
kalapaupun iya, ia adalah pengguna bukalapak ‘beraliran politik’ (bukan pemain
asli UMKM).
Selain itu, Dosen Jualan yakin
pembeli khusunya emak-emak juga akan cuek dengan ini. Sederhananya, “yang
penting ada harga murah, kenapa tidak?” bisa jadi sekarang uninstal Bukalapak,
namun ketika ada flash sale ataupun
ada produk-produk dengan harga miring, kemudian mereka akan instal ulang
kembali dan melakukan transaksi jual beli.
Apalagi, ajakan Presiden
Indonesia, Jokowi, di news.detik.com pada 17 Februari 2019 kemarin bahwa, "Saya ajak hari ini untuk menghentikan, untuk stop uninstall Bukalapak. Setop.
Karena kita harus dorong. Dorong anak-anak muda yang memiliki inovasi, memiliki
kreativitas untuk maju.”
Kita sadari bahwa Bukalapak
adalah salah satu dari 4 unicorn e-sommerce Indonesia. Marketplace ini, telah
banyak menopang perekonomian masyarakat Indonesia yang bergelut di UMKM.
Akhir kata, semakin digaungkan
tagar #uninstalbukalapak, maka semakin Bukalapak mendapatkan dampak positifnya.
Posting Komentar untuk "Analisis Sudut Pandang Marketing: Naik Pamor Lantaran Kasus Uninstal Bukalapak"
Terima Kasih telah membaca artikel ini, silahkan tinggalkan komentar dan tolong bantu bagikan artikel ini jika bermanfaat buat Anda.