Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Testimoni Peserta Kelas Inkubator Kampus Dosen Jualan dari Ciamis Jawa Barat

Perjalanan, selalu meninggalkan kisah untuk dikenang. Jejak yang mungkin bisa orang lain jadikan sebagai pengalaman dan guru terbaik. Tentang sebuah perihnya perjuangan dan manisnya hasil yang pernah diicip di antara jalan-jalan yang belum selesai.

Beberapa hari sebelumnya, teh Putri bilang, “Ngapain angkatan twenty one ikut study banding? Nanti gak ngerti. Dan malah bingung.”
 

Memang benar, apa yang di katakannya. Entah itu menjadi sugesti atau apa. Tapi aku bingung. Sepanjang perjalanan menerka-nerka kemana maksud dari itu.

Yang harus aku fahami adalah, bahwa segalanya tidak instan. Ibarat naik ke tempat yang lebih tinggi, maka akan ada tangga yang harus kita tinggali jejaknya, entah dengan berlari lalu tersandung, untuk kemudian bangkit lagi, lari dan tersandung lagi, lari lagi tersandung pun sampai kita bisa belajar dari keadaan. Bahkan jika harus menyerah melangkah dan menggantinya dengan merangkak tapi dengan waktu yang cukup lama; bahwa semua yang kita kejar tidak bisa diraih dengan cepat. Sebab kita tidak di anugerahi sayap untuk langsung melanglang buana di langit-Nya yang indah.

Jejak-jejak yang mereka (baca: orang-orang sukses) lewati itu nyaris binasa. Tidak lagi kami temukan di jalan-jalan yang kami lalui kemarin. Tapi melalui ceritanya, gerimis, hujan, badai salju membekas pada hati yang melewati masanya.

Bersama gemuruh, rasa bingung bercampur penasaran ada tanya yang tak kuungkapkan, tanya yang kubiarkan tetap menjadi tanya. Dan akan kucari sendiri jawabnya, melewati titian langkah menuju sukses, selangkah demi selangkah.

Beberapa kata selanjutnya mungkin bisa menerangkan, sedikit gambaran yang bisa aku dapatkan dari perjalanan yang sengaja di segerakan.

Menyimak cerita pada waktu yang relatif singkat, mereka (baca: orang-orang sukses) amat menyadarkan kita, bahwa mereka bukan apa-apa tanpa konsumen, membuat mereka selalu menomor satukan kepuasannya untuk memperpanjang usia dan usaha. Ibu Evi selalu memastikan barang yang akan di terima pelanggan adalah barang terbaik. Meminimalisir kekecewaan. Sementara ibu Firia, selalu mengabari pelanggan apabila ada kelebihan ongkos kirim.

Jika hanya melihat manisnya, kita seolah tak percaya bahwa merekapun pernah melewati masa sulit mendaki mimpi, mewujudkan harapan-harapan. Tentu bersama yakin-usaha-doa-disiplin-serrta-‘istiqamah’.

Saking disiplinnya. Tidak sengaja, di tempat usaha ibu Firia. Aku dan Teh Putri memasuki sepertinya kamar karyawan disana untuk ikut ke kamar mandi. Disana kami menemukan dinding-dinding yang di tempeli kertas. Yang di kamar mandi adalah keharusan untuk disiplin membersihkan kamar mandi. Kemudian di kamar karyawan itu:

BANGUN PAGI segera
- Rapikan terlebih dahulu Tempat Tidur
- Ganti sepere 1 minggu sekali
- Disapu setiap hari jgn sampai apek
- Handuk di jemur di luar. Dan baju kotor taruh pada tempatnya
- KAMAR ini di pakai istirahat dan sholat karyawan lain jadi harus bersih dan rapi.

Akhirnya, bahwa mereka tidak pernah melupakan satuhal; tempat kita kembali menjalani kehidupan abadi nanti. Membuat mereka melangitkan tanggung jawab pada pekerjaannya untuk tidak meremehkan hal kecil dan ‘kejujuran’.

cc Kang Syafi'i, Mas Novan, Pak Suryadin :) ^_^
#KampusDosenJualan #InkubatorXXI

Diposting ulang dari status Facebooknya Teh Siti Sa'adah Yusuf

Posting Komentar untuk "Testimoni Peserta Kelas Inkubator Kampus Dosen Jualan dari Ciamis Jawa Barat"