Lulusan Sarjana Jadi pengusaha? Bagaimana supaya Tertarik Entrepreneur?
Lulusan sarjana jadi Pengusaha? diarahkan menjadi entrepreneur? Itulah tema tulisan kita kali ini, tulisan yang mengsikapi makin banyaknya pengangguran terdidik di Negara ini. Angka melewat 8 juta untuk di tahun 2022, tepatnya 8.395.783 orang pengguran terdidik. Sebagaimana dirilis oleh BPS 9 Mei 2022. Lalu apakah Anda setuju jika sebaiknya mahasiswa itu saat kuliah, dorong saja menjadi pengusaha sedari dini.
Tidak salah memang. Namun tidak tepat juga. Mengapa? Bukan apa-apa, tapi sangat disayangkan bukan? Sudah mau sarjana, masih belum punya arah yang jelas. Anak sudah setua itu orang tua masih kebingungan?
Bukankah sejak kecil mestinya sudah tahu apa yang dikerjakan orang tuanya, sudah bisa membantu pekerjaan orang tuanya, dan sudah diarahkan. Sehingga sudah bisa diketahui minat dan bakatnya. Bukan malah sudah dewasa baru diarahkan. Jangan salahkan jika yang orang tua dapat adalah penolakan.
Bagaimana jika sudah kadung? Orang tua ingin anaknya tertarik menjadi entrepreneur. Sehingga sang anak bisa lebih baik kehidupannya. Sebab, entrepreneur diyakini dapat menghantarkan anak pada kesejahteraan. Orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun terkadang orang tua lupa, apakah kebaikan tersebut dapat dinikmati sang anak.
Kesalahan Orang Tua Anak Belum Minat Enterpreneur.
Sebelum melangkah untuk membuat anak tertarik berwirausaha, kita perlu ketahui kesalahan sebagai orang tua, sehingga ada pertanyaannya kenapa anak belum minat wirausaha? Pasti ada yang salah.
Pendidikan oleh orang tua itu sangat mempengaruhi minat anak. Untuk mempengaruhi minat anak pun bukan sehari-dua hari, misalnya diajak ikut seminar bisnis. Kemudian langsung cling punya minat wirausaha, pengen jadi entrepreneur sejati. Tapi Pendidikan itu butuh proses dan semakin dini, semakin baik.
Jika orang tuanya wiraswasta: Sejak kecil, mestinya anak ngerti apa yang dikerjakan orang tuanya. Terutama jika orangtuanya menjadi wiraswasta. Tidak harus membantu secara penuh, tapi tahu apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Harusnya juga sambil diajarkan bagaimana pekerjaan orang tuanya dilakukan.
Jika orang tuanya bukan wiraswasta: Sejak kecil, anak perlu dididik jiwa wirausaha. Jiwa entrepreneur seperti hemat dengan pengeluaran dan pemasukkan terkontrol, jujur, kreatif dan masih banyak lagi. Kesalahan orang tua, ia menginginkan anaknya minat wirausaha tetapi ia tidak mendidiknya menjadi wirausaha.
Contoh Mendidik Anak Tertarik Wirausaha.
Sebetulnya tidak perlu bertele-tele dalam mendidik anak agar tertarik berwirausaha. Cara-cara sederhana, justru bisa ngena di hati, nancap di otak, dan mudah diterapkan. Berikut contohnya:
Jika Anda punya toko kelontong, setidaknya sesekali diajari cara melayani pembeli. Jangan anggap remeh. Melayani pembeli itu juga butuh skill. Melayani pembeli harus ramah tapi tidak mudah goyah. Sebab, ada saja emak-emak suka nawar. Selain itu, melayani juga mesti kuat hati, tebal telinga. Sebab, ada saja omongan orang sing ngelarai ati (yang kurang menyenangkan).
Selain melayani, bisa juga diajak kulakan. Dunia perkulakan, juga tak sembarangan. Kulakan, sejatinya tidak sekedar membeli. Mulai dari cari, kenal dan mempertahankan atau memutuskan dengan supplier itu juga tidak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi jika dilakukan orang baru terjun dalam dunia perdagangan. Kulakan juga sekaligus membandingkan harga tengkulak satu dengan tengkulak lain, supplier satu dengan supplier lain. Buat challenge, bisa juga disuruh kulakan sendiri.
Setelahnya, bisa diminta jaga toko. Bedanya dengan melayani pembeli, yaitu jika melayani pembeli itu tanggung jawabnya seputar pelayanan atau juga soal keuangan jika merangkap kasir. Sedangkan jaga toko, ia bertanggung jawab atas seluruh aktivitas di toko. Mulai barang masuk, barang keluar, stok barang, uang masuk uang keluar, mengawasi karyawan, dan banyak lagi.
Kalau punya usaha jasa juga sama, sesekali diajak dan diberi tahu apa yang dikerjakan orang tua dalam menjalankan usahanya. Pada dasarnya, anak jangan dimanja. Jangan sampai tidak tahu apa yang dikerjakan orangtuanya untuk mencari nafkah. Orang tua adalah tauladan. Orang tua adalah contoh. Bagaimana tindakan baiknya akan dicontoh jika anak saja tidak tahu/tidak dikenalkan oleh orang tuanya.
Waktu yang Tepat Memberi Contoh Berwirausaha
Kita orang tua tahu bukan bahwa setiap anak punya masa emas? Masa-masa emas memberi contoh berwirausaha adalah sejak anak masih kecil dan sudah punya nalar. Mengapa? Sebab, saat itu, anak adalah peniru yang baik, maka berikanlah sesuatu yang hebat untuk ditiru. Pertumbuhan otak anak meningkat pesat. Ribuan bahkan jutaan neuron dalam otak tersambung saat kecil yang semakin sedikit tersambung sejalan dengan bertambahnya umur. Namun jika menua, sambungan neuron tersebut dapat hilang.
Nah, jangan sampai masa itu terlewati begitu saja. Tau-tau anak besar. Tau-tau anak dewasa. Tau-tau anak lulus sarjana. Dampaknya ngeri! Anak bisa shock dan tetap ketergantungan terhadap orang tua. Bahkan jika sudah menikah nanti tetap tidak mandiri dan tidak bertanggung jawab terhadap dirinya, pasangan dan naudzubillah terhadap anaknya. Kehidupan neraka yang hanya berputar jika anaknya dididik seperti ia dididik oleh orang tuanya. Ironi bukan?
Bagaimana Jika Anak Sudah Terlanjur mau Sarjana tetapi belum Berminta Wirausaha?
Nah, ini yang kebanyakan orang tua rasakan. Anda tidak sendiri, tetapi tidak pula boleh berbangga hati. Sebab, anak Anda hari ini adalah didikan Anda selama ini. Jika anak sudah terlanjur mau sarjana tetapi belum minta wirausaha, coba lakukan tips ini:
1. Tobat
Perlu disadari, orang tua punya andil besar dalam hal ini. Seharusnya anak sudah bisa menentukan jalan hidupnya. Namun masih tersandung oleh minat yang belum terarah atau minat yang baru diarahkan di usia dewasa. Sebagai orang tua, baiknya juga perlu minta maaf pada anak, sebagai wujud taubatan nasuha.
2. Dialog
Jadilah orang tua yang demokratis dan egaliter dengan mengajak anak berdialog. Meski kita sudah tahu pengertian dialog. Tapi perlu digarisbawahi bahwa dialog itu dua arah. Maka tak hanya kita yang menyampaikan, anak berhak menyampaikan arahan untuk dirinya sendiri. Ingat, anak mempunyai hak untuk memilih. Maka berikan ruang agar ia bisa menikmai hidupnya.
Kalau orag tua keukeuh ingin anak menjadi entrepreneur, sampaikan pengalaman Anda dengan bijak. Jangan hanya manisnya namun hal terpahit pun disampaikan. Bagaimana jika jadi takut? Tidak usah berwirausaha, wong belum mulai saja sudah takut.
Selain pengalaman, kita bisa sampaikan resiko yang akan terjadi. Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti. Namun untuk memberi gambaran dan dapat mengantisipasinya di kemudian hari. Sebab ia sudah analisis resiko sebelum terjadi.
Tak lupa ajak diskusi terkait peluang yang ada. Peluang terdekat ya meneruskan usaha Anda. Jangan sampai usaha Anda yang masih layak lanjut namun tak ada penerus yang melanjutkan.
3. Langkah Nyata
Apa Langkah nyatanya? Ya langsung berwirausaha. Kalau kita sendiri takut anak memulai, bagaimana dengan anak kita? Percayalah anak Anda bisa. Rugi? Bukankah itu bagian dari entrepreneur? Gagal, rugi, terpuruk, itu semua bisa jadi bahan pembelajaran hidup anak Anda.
Pada dasarnya setiap anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda. Sebagai orang tua, tak berhak memaksa. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa orang tua tetap mempunyai peran besar terhadapnya. Orang tua bukan sekedar omdo (omong doang). Namun juga selaras dengan tindakanya, seperti kata bijak berikut:
“Cara terbaik mendidik anak adalah melalui kepribadian terbaik orang tua, karena anak akan melihat dan meniru apa yang orangtuanya lakukan.”
4. Ikutakan Belajar di Kampus Dosen Jualan
Semasa kuliah, mahasiswa memiliki masa libur, bahkan dengan program Kampus Merdeka, kini para Mahasiswa diwajibkan utnuk menambah bahan belajar dengan magang di perusahaan-perusahaan. Nah para orang tua bisa mendorong anak-anaknya untuk menambah bekal ilmu dan keterampilan mereka, dengan manfaatkan program kampus merdeka atau manfaatkan masa liburnya.
Salah satu tempat yang cocok untuk menumbuhkan semangat entrepreneur mahasiswa saat ini adalah dengan magang kompetensi Digital Marketing di Kampus Dosen Jualan Yogyakarta. Sebuah kampus non formal yang telah berdiri sejak 2014, fokus mengajarkan ilmu digital marketing ke banyak anak muda Indonesia. Di Kampus Dosen Jualan, para mahasiswa bisa magang menjadi tim internal Kampus Dosen Jualan. Bisa terlibat di bagian konten, deal maker, advertiser, sosmed activator, website activator dan masih banyak lagi.
Salah satu keuntungan magang di Kampus Dosen Jualan adalah, para mahasiswa ini bisa ikut "nebeng" belajar digital marketing langsung di kelas-kelas Kampus Dosen Jualan secara probono. Tercatat mahasiswa dari UGM, UNY, UNIBRAW, UNPAD, UIN Sunan Kalijaga, Politeknik Pos, UTY, UKSW telah melaksanakan Magang di Kampus Dosen Jualan. Baik untuk program 1 bulan juga 3 bulan.
Posting Komentar untuk "Lulusan Sarjana Jadi pengusaha? Bagaimana supaya Tertarik Entrepreneur?"
Terima Kasih telah membaca artikel ini, silahkan tinggalkan komentar dan tolong bantu bagikan artikel ini jika bermanfaat buat Anda.